
Foto: Suasana kota Jakarta (TVRINews/Nirmala Hanifah)
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Kualitas udara di DKI Jakarta tercatat sebagai salah satu yang terburuk di dunia pada Minggu, 28 September 2025 pagi. Hal tersebut, berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, Jakarta menempati peringkat ke-9 kota dengan polusi udara tertinggi secara global dengan Indeks Kualitas Udara (AQI) mencapai 148, yang masuk dalam kategori tidak sehat.
Kadar PM2.5 atau partikel udara halus tercatat sebesar 54,5 mikrogram per meter kubik, jauh di atas ambang batas aman untuk kelompok sensitif. Kondisi ini dinilai berpotensi membahayakan kesehatan manusia, terutama anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan, serta dapat merusak lingkungan seperti tumbuhan dan nilai estetika kota.
Untuk diketahui, rentang kategori kualitas udara menurut PM2.5 dibagi sebagai berikut baik (0–50) dimana tidak berdampak pada kesehatan manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Lalu, sedang (51–100) tidak berdampak pada manusia, namun dapat mempengaruhi tumbuhan sensitif dan estetika lingkungan.
Kemudian, tidak sehat bagi kelompok sensitif (101–150) berisiko bagi individu dengan kondisi tertentu dan tidak sehat (151–200) dapat berdampak pada seluruh populasi.
Sangat tidak sehat (201–300) menimbulkan risiko serius bagi kesehatan masyarakat. Lalu, berbahaya (301–500) berpotensi menimbulkan dampak kesehatan yang serius secara luas.
Sementara itu, kota dengan kualitas udara terburuk dunia pada pagi ini adalah Doha, Qatar dengan AQI 240, disusul Lahore (Pakistan) 184, Kinshasa (Republik Demokratik Kongo) 172, dan Baghdad (Irak) 154.
Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, menutup jendela guna mencegah masuknya udara kotor ke dalam rumah, serta menggunakan alat penyaring udara di dalam ruangan.
Sebagai bentuk mitigasi, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta telah menyemprotkan 4.000 liter air berbentuk kabut (water mist) di sejumlah titik strategis, termasuk kawasan Dukuh Atas, TB Simatupang, Fatmawati, Bundaran HI, MH Thamrin, dan Lapangan Banteng. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pra-acara Jakarta Eco Future Fest (JEFF) 2025.
Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan bahwa penyemprotan bertujuan untuk menekan jumlah partikel polutan, khususnya PM2.5, sekaligus menciptakan ruang publik yang lebih sehat bagi masyarakat.
Selain itu, DLH juga mengoperasikan "mobile videotron" yang menayangkan pesan-pesan edukatif terkait pengendalian polusi udara. Warga diajak untuk lebih peduli terhadap kualitas udara dengan melakukan langkah sederhana seperti uji emisi kendaraan secara rutin dan beralih ke transportasi umum.
Editor: Redaktur TVRINews