
.
Penulis: Christhoper Natanael Raja
TVRINews, Jakarta
Mikroplastik kini ditemukan bukan hanya di laut atau makanan, tetapi juga di air hujan. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap partikel plastik berukuran sangat kecil itu terbawa angin dan turun bersama hujan di wilayah Jakarta.
Mikroplastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini bisa melayang di udara, jatuh ke tanah, lalu masuk kembali ke air dan rantai makanan.
Ada dua jenis mikroplastik. Pertama, mikroplastik primer, yang sejak awal memang berukuran kecil seperti butiran scrub pada produk kosmetik atau pembersih. Kedua, mikroplastik sekunder yang berasal dari pecahan plastik besar, misalnya dari kantong belanja, botol, atau jaring ikan.
Temuan BRIN ini menunjukkan mikroplastik sudah menjadi bagian dari siklus lingkungan. Pecahan plastik di darat atau laut dapat terangkat angin ke atmosfer, lalu turun kembali bersama hujan.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman mengatakan temuan ini perlu mendapat perhatian, bukan kepanikan.
“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji dalam keterangan tertulis yang diterima oleh tvrinews.com, Kamis, 30 Oktober 2025.
Menurut penelitian, manusia paling banyak terpapar mikroplastik melalui makanan dan minuman seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan, serta dari udara kota yang membawa serat sintetis pakaian dan debu plastik.
Beberapa studi menunjukkan paparan dalam jumlah besar dan jangka panjang bisa memicu peradangan jaringan.
Bahan kimia yang menempel pada plastik, seperti BPA dan phthalates, juga dapat memengaruhi hormon dan kesehatan reproduksi.
Namun hingga kini belum ada bukti kuat bahwa mikroplastik langsung menyebabkan penyakit tertentu, dan tingkat paparannya pada masyarakat umum masih tergolong rendah.
Aji mengimbau masyarakat untuk mengurangi plastik sekali pakai, tidak membakar sampah plastik, serta menjaga kebersihan rumah.
“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” kata Aji.
Ia juga mendorong kebiasaan membawa botol isi ulang, memakai tas belanja ramah lingkungan, dan memilah sampah.
Menurut dia, langkah sehari-hari seperti ini penting untuk menekan produksi sampah plastik dan mencegah makin banyaknya mikroplastik di lingkungan.
Editor: Redaktur TVRINews
