
Foto: Pixabay
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Seorang pemuda asal Bogor, Jawa Barat, berhasil lolos dari sindikat penipuan online di Kamboja, namun hidupnya masih terancam. Meski sudah berada di kedutaan Indonesia di Phnom Penh, pesan-pesan ancaman terus berdatangan dari kelompok pelaku.
Orang tuanya mengatakan anaknya masih menerima teror melalui WhatsApp dari nomor tidak dikenal. Pesan-pesan itu mengancam keselamatan anaknya, bahkan setelah kembali ke Indonesia secara resmi.
"Ba*****n, sampe Indo gak bakal idup tenang lu," tulis salah satu pesan yang diperlihatkan kepada media pada Sabtu, 25 Oktober 2025.
Orang tua korban menjelaskan anaknya terjerat sindikat penipuan online karena percaya tawaran kerja dari teman lamanya. Ia dijanjikan pekerjaan di Singapura dengan urusan paspor dan keberangkatan yang semuanya diurus.
"Di Singapura dia bekerja sebagai customer service. Awalnya semua terlihat normal," kata orang tuanya.
Namun komunikasi anaknya tiba-tiba terputus. Dua hari kemudian, muncul pesan bahwa dirinya berada di Bavet, perbatasan Kamboja–Vietnam. Ternyata paspor yang dibawa temannya membawanya ke Kamboja, bukan Singapura.
Di sana, korban diculik dan dijadikan pekerja paksa oleh sindikat untuk menjalankan penipuan online. Meski demikian, ia tidak tinggal diam. Pada Selasa malam, 21 Oktober 2025, ia memanfaatkan kesempatan ketika mengantarkan pesan makanan online untuk melarikan diri bersama seorang rekannya menggunakan taksi daring menuju KBRI Phnom Penh.
"Dia kabur jam 5 pagi, baru bisa pesan Grab jam 7 pagi menuju KBRI," ujar orang tuanya.
Meskipun berhasil selamat, ancaman tidak berhenti. Korban masih trauma dan waspada terhadap orang asing karena pesan-pesan ancaman yang terus berdatangan.
Kini ia berada di tempat aman sambil menunggu proses pemulangan ke Indonesia yang bisa memakan waktu berbulan-bulan. Selama itu, biaya hidup di Kamboja harus ditanggung sendiri.
"Kami berharap pemerintah bisa mempercepat proses pemulangan. Biaya hidup di Kamboja sangat berat bagi kami," kata orang tuanya.
Keluarga meminta perhatian lebih dari pemerintah agar anaknya segera bisa kembali dan hidupnya tidak lagi terancam oleh sindikat penipuan online.
Editor: Redaktur TVRINews
