
Turun Tangan Festival 2025: Wadah Komunitas Akar Rumput untuk Berkolaborasi
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Ribuan anak muda dari berbagai wilayah Indonesia memadati Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, untuk menghadiri Turun Tangan Festival (TT Fest) 2025. Festival kerelawanan dan kepemimpinan yang digelar Gerakan Turun Tangan ini menjadi ruang kolaborasi bagi komunitas akar rumput dari berbagai daerah.
Ketua Gerakan Turun Tangan, Herry Dharmawan, menegaskan bahwa TT Fest 2025 merupakan wujud nyata semangat kolaborasi yang tumbuh dari masyarakat.

“TT Fest adalah ruang di mana anak muda dari seluruh Indonesia datang bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk terhubung dan bergerak bersama,” ujarnya dikutip Selasa, 9 Desember 2025.
TT Fest 2025 menghadirkan berbagai kegiatan seperti kelas peningkatan kapasitas, diskusi tematik, pameran komunitas, hiburan, hingga forum kolaborasi antara komunitas dan mitra strategis. Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah Kelas Kebangsaan yang diisi oleh Founder Turun Tangan, Anies Baswedan.
Dalam paparannya, Anies menekankan bahwa gerakan relawan merupakan bagian penting dari infrastruktur kebangsaan yang harus dibangun secara berkelanjutan agar mampu memberi dampak nyata. “Republik ini dibangun melalui semangat gotong royong. Relawan pada hakikatnya adalah warga yang mengurus sesama,” ujarnya.
Selain itu, TT Fest juga menyajikan Kelas Demokrasi, Indonesia Volunteer Outlook 2026, serta ruang temu komunitas lintas daerah dan korporasi CSR. Dalam Indonesia Volunteer Outlook, para pembicara menyoroti peran penting aktivitas kerelawanan dalam membentuk karakter sosial generasi muda.
Turun Tangan Festival 2025 melibatkan lebih dari 30 komunitas dan organisasi kerelawanan, 50 mitra strategis, serta 111 Turun Tangan Daerah di seluruh Indonesia. Penyelenggaraan TT Fest juga menjadi bagian dari peringatan International Volunteer Day.
Sejak berdiri pada 2013, Gerakan Turun Tangan telah hadir di lebih dari 100 kota dan kabupaten melalui program sosial, pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Gerakan ini mendorong pemuda untuk aktif terlibat dalam isu publik dan demokrasi di daerah masing-masing.
Ismail Fatie, relawan asal Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya, mengungkapkan rasa bangganya dapat berkumpul dan bertukar pengalaman dengan komunitas lain. “Saya pulang ke Maybrat dengan harapan sederhana, mengajak lebih banyak teman untuk ikut Turun Tangan. Tidak harus besar, yang penting kami mulai dari hal yang dekat dengan kehidupan kami,” ujarnya.
Menutup rangkaian acara, Anies Baswedan menyampaikan harapan agar Turun Tangan tidak hanya menjadi penyelenggara kegiatan sosial, tetapi berkembang menjadi “sekolah kader warga” yang melahirkan generasi berintegritas dan mampu mengorganisir gerakan sosial.
Editor: Redaksi TVRINews
