
Foto: Pemprov DKI Jakarta
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mendorong seluruh pelaku usaha kuliner di ibu kota untuk menerapkan praktik ramah lingkungan guna menekan pencemaran dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Langkah ini diperkuat melalui program ECO ACT (Education, Collaboration, Action) yang berfokus pada pembinaan teknis, kolaborasi multipihak, serta implementasi aksi nyata di lapangan.
Wakil Kepala DLH DKI Jakarta, Dudi Gardesi Asikin menegaskan bahwa sektor kuliner merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di Jakarta sehingga pengelolaan lingkungan wajib diterapkan dalam operasional usaha.
“Melalui ECO ACT, kami memastikan pelaku usaha memahami dan menjalankan standar lingkungan agar operasionalnya tidak menambah beban pencemaran Jakarta,” ujarnya, Selasa, 2 Desember 2025.
UMKM Kuliner Hasilkan 500 Ton Sampah per Hari
Kapokja Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Ditjen Pengurangan Sampah KLH, Wisti Noviani Adnin mengungkapkan UMKM kuliner menghasilkan lebih dari 500 ton sampah per hari.
Ia menekankan pentingnya pemilahan sampah dari sumber dan kolaborasi dengan berbagai mitra pengelola sampah.
“Pelaku usaha harus memilah sampah sejak di dapur. Kolaborasi dengan peternakan, asosiasi maggot, atau komposter sangat penting agar sampah organik tidak lagi berakhir di TPA,” jelasnya.
Pelaku Usaha Dituntut Kuasai 'Green Skills'
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kapasitas Usaha Mikro KemenKop UKM, Riesta Karentina, menilai pelaku usaha perlu menguasai keterampilan hijau (green skills) agar mampu beradaptasi dengan tuntutan bisnis berkelanjutan.
Keterampilan tersebut meliputi manajemen limbah, desain produk berkelanjutan, serta strategi pengurangan dan daur ulang sampah.
Ia juga mendorong optimalisasi komunikasi digital dan kerja sama dengan micro-influencer untuk memperluas kampanye keberlanjutan.
“Pelaku usaha bisa menjadi circular entrepreneur dengan mengubah model bisnis linear menjadi sirkular: buat, pakai, pulihkan,” katanya.
Pengurangan Food Waste Jadi Kunci
Founder Bahasa Bisnis, Edhy Surbakty mengingatkan bahwa pengurangan food waste merupakan fondasi penting menuju bisnis kuliner berkelanjutan.
Pelaku usaha diminta mencatat sisa makanan di tiga titik kritis: persiapan dapur (prep), sisa makanan di piring (plate waste), dan bahan kedaluwarsa (storage).
Ia menyarankan penyediaan variasi porsi serta evaluasi menu yang jarang dipesan. Selain itu, kerja sama dengan bank sampah, maggoters, atau komposter perlu digencarkan.
Menurut Edhy, praktik keberlanjutan dapat memperkuat citra produk melalui narasi merek (brand storytelling), misalnya menampilkan capaian pengurangan sampah dapur hingga 20 persen dalam tiga bulan.
“Sebanyak 62 persen konsumen memilih produk berkelanjutan meski harganya lebih tinggi. Ini peluang besar bagi pelaku usaha kuliner,” ujarnya.
Editor: Redaksi TVRINews
